Minggu, Januari 03, 2010

coReTan pErtaMa (Tugas BIK)

“NASI TELAH MENJADI BUBUR AYAM”

Matematika….. ya matematika pelajaran yang ku sukai. Bahkan sejak Sekolah Dasar. Kata orang-orang karena aku rajin dan sudah bakatnya dibidang matematika, tapi ada juga yang mengatakan karena ada keturunan dari orang tua. Ah…….. entahlah, terserah mereka mau bilang apa. Yang penting aku enjoy dan merasa tidak terganggu. Ortuku juga tau aku bakat dibidang matematika, mereka memberikan harapan semoga kelak aku menjadi guru.
” Kenapa harus guru?”, batinku menggumam.
“Soale dadi guru iku pahalae mengalir terus dan selalu mengikuti perkembangan jaman”, alasan yang dikemukakan ortuku dan yang selalu ku ingat-ingat.
Sekilas terbayang, enak tidak ya jadi guru. Tapi setelah dapat sedikit informsi dan motivasi, akhirnya aku juga mulai sedikit suka dengan profesi guru. Pandangan awalku jadi guru matematika. Ya, guru matematika.
***
Setelah aku lulus SMA, aku tidak beruntung. Seperti pada umumnya, terhambat oleh biaya. Lagi-lagi faktor biaya. Aku sempat malu pada temen-temanku. Mereka semua rata-rata kuliah. Ada yang di UNIBRAW, POLINEMA, STT PLN, dll. Aku sendiri yang tidak kuliah. Tapi tak apalah, memang sudah takdirnya aku tidak kuliah sekarang.
“Bukan rezekinya sekarang, mungkin tahun depan. Sabar dan terus berdoa saja”, kata guru bahasa indonesiaku, Pak Anton namanya.
Sebuah motivasi yang sangat besar bagiku. Ya.. aku harus terus sabar dan bersyukur disertai usaha yang keras. Aku yakin tahun depan bisa kuliah.
***
Setelah ku lalui setahun, ternyata impian itu terkabul juga. Aku diberi kesempatan mengikuti SNMPTN. Dengan biaya yang sudah terkumpul. InsyaAllah cukuplah buat memenuhi biaya masuk 30%nya, tentunya dengan bantuan orang tua . Tapi sudah setahun aku tidak buka-buka buku pelajaran.
“Apa aku masih ingat ya?”,
“Bisa tidak ya?”,
“ Lulus tidak ya di SNMPTN nanti?”
Pertanyaan ini sering muncul di pikiranku. Sehingga aku ambil keputusan untuk ikut bimbingan belajar. Begitu banyak bimbingan belajar di Kota Malang, aku jadi bingung. Tapi tidak lama-lama milih. Semua sama saja. Aku putuskan ikut bimbingan belajar Nurul Fikri. Alhamdulillah sesuai dengan bayangan awal. Tentornya kalau menyampaikan materi juga mudah ditangkap, santai, dan mudah akrab lagi dengan peserta bimbingannya walaupun tidak semuanya. Banyak informasi yang kudapat dari NF. Nilai nasional, nilai SNMPTN, daya tampung, strategi memilih jurusan, prediksi-prediksi nilai try out, dan masih banyak lagi. Sehingga aku merasa pulih kembali dari tidur panjangku.
Pembelian formulir pun dibuka. Daripada lama-lama aku langsung membeli formulir di hari ke tiga setelah di buka, kalau tidak salah. Tanpa kuteliti terlebih dahulu, ku bawa pulang dan kuisi dirumah. Yang membuat aku bingung, ternyata batas pengembaliannya maksimal dua hari setelah pengambilan. Padahal keyakinan dalam memilih jurusan masih 10 %. Tanpa membuang-buang waktu aku mencari informasi dan saran untuk memilih jurusan.
“Yang bisa menentukan cuma anda sendiri”, jawaban salah satu temanku. Ya iyalah, masa yang menentukan orang lain, aku kan minta saran. Sempat sedikit emosi waktu itu.
Tapi sudahlah sesuai dengan hati nuraniku, aku pilih Pendidikan Matematika UM sebagai pilihan pertama dan Pendidikan Fisika UM sebagai pilihan keduaku. Pertimbangannya yaitu nilai nasional. Karena waktu aku ikut bimbingan belajar, nilaiku tidak pernah bisa mencapai Nilai minimal Pendidikan Matematika UM, kalau Pendidikan Fisika UM selalu lolos. Jujur, memang rendah, selisihnya kurang lebih 75 poin. Akhirnya aku milih pilihan yang ku sebutkan tadi. Tidak bisa diganggu gugat lagi.
***
SNMTN pun tiba. Ujian berlangsung. Dengan modal yang ku dapat dari bimbingan belajar aku ikuti peraturan-peraturan yang telah dibuat. Pakaian sudah kusiapkan, baju apa yang akan kupakai dihari pertama dan kedua, celana apa yang kupakai dihari pertama dan kedua, peralatan tulis kusiapkan semuanya, kartu peserta, pokoknya semua sudah termenej. Ujian pun berlangsung.
“Puuuu…….h soale wangle-wangel, nut…nut…nut…nut… otakku iki”, beban yang terasa pada hari pertama dan kedua.

Teringat pesan tentor di NF, “Kerjakan yang menurut Anda bisa dan Anda yakin bahwa jawaban itu benar. Tidak usah semuanya”. Berangkat dari sini, SNMPTN kujalani sampai selesai. Entahlah, lulus dan tidaknya nanti tanggal 1 Agustus. Sekarang tinggal berdoanya, semoga diterima.
Daripada nganggur waktu nunggu pengumuman, lebih baik cari kerja saja. Itung-itung buat tambahan biaya kuliah kalau diterima. Kan sudah terpotong juga untuk biaya masuk bimbingan belajar. Ya… aku harus cari kerja. Apapun itu yang penting halal.
***
“Deg……….deg……..deg……deg….deg…deg..deg..deg.degdegdegdegdegdeg”, detak jantungku berlari semakin cepat.
Tepat pukul 04.30, hari Sabtu, aku tanya teman ku lewat sms. Sholahuddin namanya.
“Assalamu’alaikum? Sob gmn kbrx? Alhamdulillah q sht2 j. btw, gmn SNMPTNx… ktrm kn?”
“Wa’alikumsalam. Alhamdulillah sht nggi. Aq g dtrma. Sdh klwr dr kemarin kq pgmnx”.
Ha…………. Sdh keluar dari kemarin. Tidak pakai lama, aku langsung pergi ke warnet terdekat. Buka situs SNMPTN.ac.id. Naasnya nomor peserta ku ketinggalan. Tapi aku juga tidak langsung putus asa. Pasti ada jalan lain. Ya jalan lain. Akhirnya aku buka situs UM.ac.id, ku jelajahi sampai pada daftar yang diterima di Um semua jurusan. Ku buka pertama Pendidikan Metematika. Dua…rrrrrr, namaku tidak ada. Ku ulangi sampai tiga kali. Tetap tidak ada.
“Ya Allah, apa Kau Berkehendak seperti ini?”, hatiku bergumam.
Kemudian aku buka bagian Pendidikan Fisika. Deg..deg..deg.. (tanganku gemetar menggerakkan mouse, seakan-akan gak pas-pas memfokuskan pada bagian Pendidikan Fisika). Akhirnya, namaku ternyata ada. Ku ulangi lagi, apa benar namaku. Ya, benar Anggi Permana Ashari.
“Alhamdulillah, Maha Kuasa Engkau Ya Allah”.
Kuambil HP, kutelpon ortuku. Kukabari semuanya. Mereka pun bahagia. Nasehat-nasehat pun keluar dari mereka. Sekarang beranjak pada bagian registrasi. Bagaimana biaya regristrasinya. Dapat darimana. Ortu saja hanya punya uang satu juta setengah. Aku sendiri gak sampai satu juta. Padahal totalnya sekitar enam jutaan. Puyeng tujuh keliling. Dimana ya aku bisa mendapatkan biaya sebesar itu. Lagi-lagi hanya ucapan hamdalah lah yang pantas ku ucap. Alhamdulillah. Guruku memberikan bantuan untuk biaya regristrasi. Kuterima dan langsung berangkat ke UM untuk regristrasi. Walaupun dengan sedikit hambatan, akhirnya selesai juga.
“Tapi…. Pendidikan Fisika???”,
“Aku aja kalau ulangan di SMA dulu nilainya gak pernah di atas 7”,
“Nilai Nasionalku saja 6”,
“Mau jadi apa nanti?”, dialog batinku setelah regristrasi.
Sudahlah, sudah terlanjur. Sekarang tinggal berusaha bagaimana caranya agar bisa mengikuti jalannya kuliah. Seperti dalam buku, maaf aku lupa judulnya, “ Ubahlah nasi menjadi bubur ayam, jangan cuma meratapi nasi menjadi bubur saja. Sampai kapanpun bubur itu tidak akan menjadi nasi kembali”. Hikmah yang ku tangkap adalah kita harus bisa membuat ide-ide baru dan cemerlang walaupun dalam keterpaksaaan.
Perkenalan kehidupan kampus pun dimulai. PKPT namanya. Banyak yang ku dapat, mulai dari apa saja yang ada di kampus, bagaimana cara hidup di kampus, cara belajar, cara berfikir, cara berkomunikasi dengan dosen, teman, karyawan, tentang dibutuhkannya disiplin, terutama disiplin mengatur waktu. Semua ini tidak lain diperkenalkan ke mahasiswa baru agar bisa beradaptasi dengan lingkungan perguruan tinggi. Berbeda jauh dengan SMA dulu. Jauh.
Sekali lagi ku yakinkan pada diriku, aku harus bisa merubah nasi menjadi bubur ayam, bukan hanya meratapi nasi yang sudah menjadi bubur. Mewarnai yang sudah di takdirkan kepada kita dengan ide-ide yang kreatif,cemerlang, dan tentunya bermanfaat bagi banyak orang. Target-terget pun ku buat, baik jangka panjang maupun jangka pendek. Contohnya, setelah semester 2 harus gratis biaya SPP, 2 tahun lagi aku harus bisa minimal berkomunikasi dengan dwi bahasa, Arab dan Inggris, dan masih banyak lagi. Yang pasti target utamaku adalah sukses kuliah. Sukses kuliah dalam artian apa?, menurutku sukses ketika aku bisa lulus dengan nilai baik, IPK 3,5 minimal. Kemudian setelah lulus aku juga sudah bisa menjadi guru sekolah di bidang Fisika atau Matematika seperti P Abdur -guru fisika ku waktu SMA- dan bisa jadi guru privat seperti P Zen – tentor Fisika ku di bimbingan belajar NF- . Selain itu aku juga harus menjadi seorang pengusaha. Tidak perduli usaha yang ku jalani besar atau kecil, yang penting usaha. Dan tidak kalah pentingnya , bahkan yang paling penting, baru dikatakan sukses jika dan hanya jika aku bisa “Sukses Dunia dan Akhirat”. Amiiiiin.

2 komentar: